Meskipun tumbuh paling fenomenal, asuransi jiwa unit-link tidak jarang menimbulkan kontroversi dan perdebatan. Selain karena unit link cukup advanced, pemahaman soal manfaat dan risiko produk ini kerap kurang tepat. Kurangnya pemahaman beresiko salah pilih produk.
Di suatu kesempatan reuni SMA, saya bertemu teman lama. Karena tahu saya mengelola blog keuangan, teman ini curhat mengenai asuransi jiwa unit-link miliknya. Dia mengeluh nilai investasinya merosot, sementara dia sedang butuh biaya besar untuk anaknya masuk kuliah.
Ditambah lagi, teman ini baru menerima surat dari perusahaan asuransi yang memberitahukan bahwa dia harus menambah dana (top-up). Asuransinya memiliki fasilitas kesehatan yang akan terhenti jika dia tidak menyetor top-up. “Saya sedang kekurangan dana, eh ini malah diminta menambah dana, puyeng saya “, kata dia. “Padahal, saya tidak pernah lupa membayar premi dasar”, kata dia menutup curhatnya.
Saya minta copy polisnya untuk dipelajari. Setelah membaca dengan seksama, saya tanya ke dia “apakah kamu mengerti manfaat dan implikasi produk ini ?” Dia bilang, “wah itu dulu agen yang menjelaskan, saya sudah lupa detilnya. Yang saya ingat, produk ini memberikan return yang tinggi”. Nah lho!
Kesimpulan saya, teman ini tidak paham manfaat dan risiko produk unit link. Ujungnya, ya seperti ini. Keluhan yang disampaikannya sebenarnya tidak perlu . Kemungkinan situasi ini sudah bisa diprediksi dari awal, jika dia membaca dan memahami polis dengan baik.
Sebelum membeli produk, selayaknya kita paham manfaat dan risikonya. Waktu beli gadget, umumnya kita sangat detail. Meriset dengan seksama fitur – fiturnya, membandingkan semua tawaran dengan teliti. Padahal, itu adalah gadget yang umurnya paling lama 2 atau 3 tahun, dan kalau salah pilih pun, pengaruhnya kecil buat hidup kita.
Apalagi jika beli produk asuransi. Asuransi digunakan tidak hanya setahun atau dua tahun, tapi 10 sampai 15 tahun ke depan, dan jika salah memilih, efeknya sangat besar untuk pasangan dan anak – anak. Produk yang seperti ini wajib dimengerti sebelum dibeli.
Kenapa Muncul Unit Link
Definisi Unit Link adalah produk perusahaan asuransi jiwa yang mengawinkan fungsi proteksi dan investasi. Dalam rencana keuangan, investasi dan proteksi adalah dua hal wajib dimiliki.
Investasi. Investasi diperlukan untuk mencapai tujuan keuangan, misalnya dana pendidikan dan dana pensiun. Tanpa investasi, tujuan keuangan sulit dicapai karena mengandalkan tabungan, yang bunganya rendah, tidak akan bisa mengejar kenaikkan harga (inflasi). Baca Risiko Tabungan Pendidikan yang bunganya kecil.
Proteksi. Proteksi melindungi Anda dari sejumlah risiko, misalnya, meninggal dunia, cacat tetap dan sakit. Jika pencari nafkah utama sakit, cacat atau meninggal dunia, investasi terhenti . Anak – anak terancam tidak bisa sekolah. Istri atau suami kemungkinan tidak bisa pensiun dengan layak. Karena itu, perlu proteksi, supaya investasi bisa terus berjalan meskipun pencari nafkah utama mengalami musibah.
Dengan membeli produk unit – link, Anda mendapatkan investasi dan proteksi sekaligus. Tidak perlu repot – repot lagi. Semuanya satu paket.
Berbeda dengan asuransi tradisional atau asuransi jiwa term-life yang hanya memberikan manfaat proteksi. Tidak ada manfaat investasi di asuransi jiwa tradisional.
Unit link menawarkan banyak pilihan investasi dengan potensi return yang bervariasi, dari rendah sampai tinggi. Ada banyak instrumen, seperti saham, obligasi, campuran dan pasar uang. Itu sebabnya produk unit link menarik karena menawarkan return jauh diatas tabungan atau deposito. Namun, calon nasabah harus paham bahwa dalam unit link risiko ditanggung oleh pemilik polis, bukan oleh perusahaan asuransi, bukan oleh agen.
Selain fitur produk yang menarik, ada kondisi di masyarakat Indonesia yang mendorong produk ini tumbuh dan berkembang. Kenyataan bahwa kesadaran ber-asuransi masyarakat masih lemah (hanya 10% masyarakat punya asuransi individual). Saya mengalami bagaimana sulitnya mengajak teman, pengunjung blog, untuk membeli asuransi. Menawarkan asuransi saja itu sulit. Ini bisnis penolakan, kata seorang teman di asuransi.
Namun, ketika ditawari investasi, masyarakat mudah menerima dan ujungnya membeli. Mungkin karena dalam investasi , keuntungannya jelas. Ada manfaat ‘tangible’, kasat mata berupa uang yang nantinya bisa diambil. Sementara, asuransi masih dianggap uang ‘hangus’, hilang tanpa manfaat (meskipun ini cara berpikir yang ‘totally wrong’).
Dengan kondisi seperti ini, buat perusahaan asuransi, lebih mudah menjual produk yang dikawinkan dengan investasi. Jangan jual produk asuransi saja.
Itu makanya, asuransi pendidikan marak karena masyarakat lebih mudah digaet dengan iming – iming dana pendidikan, walaupun sebenarnya dibalik produk dana pendidikan itu adalah asuransi. Cara menjualnya pun tidak jarang dibalik, tawarkan dahulu investasi, baru kemudian menjual asuransi (‘ini investasi dengan bonus asuransi’).
No comments:
Post a Comment