Sekelompok ahli Internasional baru saja melakukan dekode genom hiu putih dan menemukan petunjuk yang dapat membantu pengobatan kanker manusia.
Tim yang dipimpin oleh para peneliti Nova Southeastern University (NSU) di Fort Lauderdale, Florida, menemukan bahwa DNA hiu telah berevolusi menjadi lebih stabil dan toleran dibanding kerusakan DNA manusia.
"Ketidakstabilan genom adalah masalah yang sangat penting untuk berbagai penyakit serius pada manusia," kata Dr Mahmood Shivji dari NSU yang menjadi pemimpin studi.
"Sekarang kita menemukan bahwa alam telah mengembangkan strategi jitu untuk menjaga stabilitas genom dalam hiu yang memiliki ukuran besar dan berumur panjang," sambung Shivji.
Melansir Bio News, Senin (25/2/2019), Shivji dan timnya melihat banyak perubahan positif dan adaptif dalam sekuens gen DNA hiu. Hal itu diketahui berguna untuk stabilitas genetik, termasuk gen perbaikan DNA.
Mereka memperhatikan banyaknya urutan genetik yang bernama Line, yakni gen pelompat atau elemen transposabel yang bergerak di sekitar genom dan dapat menciptkan mutasi. Line ini dapat memberi manfaat untuk keragaman genetik dan juga ancaman yang berhubungan dengan kanker.
Dengan Line yang dominan, ukuran tubuh hiu bisa menjadi besar dan memiliki umur panjang, setidaknya bisa sampai berusia 70 tahun. Namun, hiu juga menghadapi risiko mengalami mutasi genetik, termasuk mengidap kanker.
Hewan yang memiliki tubuh besar seperti paus atau gajah diperkirakan rentan mengidap kanker dibanding manusia, tapi nyatanya hal ini tidak terbukti. Penelitian yang dilakukan Universitas Chicago di Illinois pada 2018 justru menunjukkan bahwa gajah dapat memanfaatkan gen penekan tumor yang tidak aktif. Hal ini berkontribusi menjelaskan paradoks mengapa hewan besar tidak memiliki peluang lebih besar terserang kanker.
Tim Shivji menggabungkan sampel DNA dari dua hiu putih besar untuk mengurutkan seluruh genom dengan 41 pasang kromosom.
Penelitian yang dipublikasikan di PNAS juga menemukan bahwa genom hiu berjumlah satu setengah kali genom manusia, sekitar 4,6 miliar pasang basa DNA.
"Masih banyak yang harus dipelajari dari keajaiban evolusi ini, termasuk informasi yang berpotensi memerangi kanker dan penyakit terkait usia dan meningkatkan perawatan menyembuhkan luka pada manusia. Setidaknya informasi tersebut bisa didapat dari mamalia ini," kata Shivji.
"Diharapkan bahwa genom juga bisa membantu konservasi hiu putih besar, terlebih karena populasi mereka semakin menurun karena penangkapan ilegal," tutup rekan penulis studi Dr Stephen O'Brien, seorang ahli genetika konservasi di NSU.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "DNA Hiu Putih Bisa Jadi Petunjuk Penting Pengobatan Kanker Manusia".Penulis : Gloria Setyvani PutriEditor : Gloria Setyvani Putri
Tim yang dipimpin oleh para peneliti Nova Southeastern University (NSU) di Fort Lauderdale, Florida, menemukan bahwa DNA hiu telah berevolusi menjadi lebih stabil dan toleran dibanding kerusakan DNA manusia.
"Ketidakstabilan genom adalah masalah yang sangat penting untuk berbagai penyakit serius pada manusia," kata Dr Mahmood Shivji dari NSU yang menjadi pemimpin studi.
"Sekarang kita menemukan bahwa alam telah mengembangkan strategi jitu untuk menjaga stabilitas genom dalam hiu yang memiliki ukuran besar dan berumur panjang," sambung Shivji.
Melansir Bio News, Senin (25/2/2019), Shivji dan timnya melihat banyak perubahan positif dan adaptif dalam sekuens gen DNA hiu. Hal itu diketahui berguna untuk stabilitas genetik, termasuk gen perbaikan DNA.
Mereka memperhatikan banyaknya urutan genetik yang bernama Line, yakni gen pelompat atau elemen transposabel yang bergerak di sekitar genom dan dapat menciptkan mutasi. Line ini dapat memberi manfaat untuk keragaman genetik dan juga ancaman yang berhubungan dengan kanker.
Dengan Line yang dominan, ukuran tubuh hiu bisa menjadi besar dan memiliki umur panjang, setidaknya bisa sampai berusia 70 tahun. Namun, hiu juga menghadapi risiko mengalami mutasi genetik, termasuk mengidap kanker.
Hewan yang memiliki tubuh besar seperti paus atau gajah diperkirakan rentan mengidap kanker dibanding manusia, tapi nyatanya hal ini tidak terbukti. Penelitian yang dilakukan Universitas Chicago di Illinois pada 2018 justru menunjukkan bahwa gajah dapat memanfaatkan gen penekan tumor yang tidak aktif. Hal ini berkontribusi menjelaskan paradoks mengapa hewan besar tidak memiliki peluang lebih besar terserang kanker.
Tim Shivji menggabungkan sampel DNA dari dua hiu putih besar untuk mengurutkan seluruh genom dengan 41 pasang kromosom.
Penelitian yang dipublikasikan di PNAS juga menemukan bahwa genom hiu berjumlah satu setengah kali genom manusia, sekitar 4,6 miliar pasang basa DNA.
"Masih banyak yang harus dipelajari dari keajaiban evolusi ini, termasuk informasi yang berpotensi memerangi kanker dan penyakit terkait usia dan meningkatkan perawatan menyembuhkan luka pada manusia. Setidaknya informasi tersebut bisa didapat dari mamalia ini," kata Shivji.
"Diharapkan bahwa genom juga bisa membantu konservasi hiu putih besar, terlebih karena populasi mereka semakin menurun karena penangkapan ilegal," tutup rekan penulis studi Dr Stephen O'Brien, seorang ahli genetika konservasi di NSU.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "DNA Hiu Putih Bisa Jadi Petunjuk Penting Pengobatan Kanker Manusia".Penulis : Gloria Setyvani PutriEditor : Gloria Setyvani Putri
No comments:
Post a Comment